NERACA
Jakarta
– Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merencanakan penghapusan subsidi Bahan Bakar
Minyak. Tapi menurut Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, kebijakan
tersebut harus disesuaikan dengan perencanaan yang jelas untuk memberikan
subsidi pengganti bagi masyarakat tidak mampu yang layak mendapatkan subsidi
BBM.
“Harus
dipikirkan bagaimana masyarakat di DKI yang tak mampu. Seperti apa kita berikan
subsidinya,” tukas Hatta di sela-sela pertemuan National Summit Perubahan
Iklim, Kamis (20/12). Dia mencontohkan nasib para nelayan di Marunda, Jakarta
Utara, akan seperti apabila nanti kebijakan tersebut diterapkan. “Harus
dipikirkan bagaimana nasib nelayan Marunda,” katanya.
Seperti
diketahui, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengusulkan
kepada Presiden SBY agar di Jakarta tidak ada lagi BBM bersubsidi. “Kita kan
mau sampai 1.000 bus. Kita mau utamakan prioritas utama Busway ini, harus
benar-benar ada busnya tiap tiga menit. Kalau misalkan jalanan macet biarin
aja,” ujarnya.
Wacana
tersebut, lanjut Ahok, bukan tanpa pertimbangan. Dia bermaksud mendorong
masyarakat naik kendaraan umum dan meninggalkan kendaraan pribadi. Bahkan
dirinya setuju jika pasokan BBM di Jakarta diatur agar masyarakat enggan naik
kendaraan pribadi.
Dia
juga menegaskan bahwa penghapusan subsidi harus dibarengi dengan kesiapan
angkutan massal agar tidak membebani masyarakat. ”Kalau pemerintah pusat
kelabakan subsidi minyak kan boleh dikaji,” ujar Ahok. Menurut dia, subsidi
bahan bakar minyak premium hanya masih bisa diberikan kepada angkutan umum.
“Nanti
kan orang akan memilih, lebih baik naik busway atau bus biasa yang kosong. Kita
akan usulkan kepada Pak Presiden, Jakarta tidak ada lagi bensin premium. Itu
hemat negara. Orang yang tidak mampu BBM subsidi akan pakai satu sampai tiga
kali seminggu,” kata Ahok.
Sementara,
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) setuju usulan Wakil
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama agar meniadakan BBM subsidi di
Jakarta. Catatan BPH Migas, setiap tahun kuota atau jatah BBM subsidi DKI
Jakarta selalu jebol di atas 30%. “Bagus sekali kalau itu dilakukan (dihapus
BBM subsidi),” kata Wakil Kepala BPH Migas, Fahmi Matori.
Selalu Jebol
Dia
setuju BBM subsidi di DKI Jakarta dihapus karena hampir tiap tahun jatah kuota
BBM subsidi milik Jakarta selalu jebol lebih dari 30%. Namun, anggota DPRD DKI
Jakarta menilai wacana penghapusan Premium di Jakarta belum saatnya
dilaksanakan saat ini. Pemerintah DKI Jakarta belum menyediakan transportasi
massal yang nyaman, murah, dan aman bagi masyarakat.
“Tugas
pemerintah itu melayani masyarakat dari sisi kebutuhan pokok, seperti
pendidikan, kesehatan, perumahan, dan transportasi murah. Bila transportasi
massal ini tidak bisa dijamin, maka subsidi premium ini harus dipertahankan,”
kata Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Selamat Nurdin.
Menurut
dia, ketersediaan BBM Premium ini sangat penting karena transportasi massal
saat ini belum memadai. “Masyarakat kini mengandalkan kendaraan pribadi untuk
sehari-hari. Jadi sebaiknya rencana ini ditampilkan ketika masyarakat Jakarta
sudah menikmati kendaraan massal yang nyaman,” ujarnya.
Selamat
menyatakan sebaiknya rencana yang bisa dilakukan dalam waktu dekat adalah
pembatasan penggunaan BBM bersubsidi bagi masyarakat yang mampu. “Jadi bisa
pakai sistem cc, misal di atas 2.000 cc tidak boleh pakai BBM subsidi, tapi
kalau langsung dihapus, kasihan pengendara motor, ini kan banyak masyarakat
yang rentan miskin juga,” tandasnya.
Sumber:
http://www.neraca.co.id/2012/12/20/wacana-penghapusan-bbm-subsidi-butuh-perencanaan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar