Pages

Selasa, 11 Juni 2013

Beloved

“Surat dan kotak yang kau titipkan melalui sahabatmu Daniel waktu itu sudah kuterima. Aku sangat senang mendengar kau bahagia menerima panggilan tugas untuk pergi kemedan perang untuk membela tanah air kita. Aku akan menunggumu dipangkalan militer pada hari yang telah kau janjikan. Aku mencintaimu. –Anna ”. Begitulah isi surat yang kutulis untuk balasan surat dari tunanganku James yang pergi untuk bertugas membela tanah air ini. James adalah seorang prajurit yang bertugas untuk melindungi negeri ini. Sedangkan aku adalah Anna, dokter yang bertugas di salah satu rumah sakit milik Negara dan James adalah salah satu pasienku.

Semenjak James dikirim kemedan perang, aku selalu di temani oleh Daniel sahabat James. Sebelum kepergian James, dia berpesan kepada Daniel untuk terus menjagaku selama dia bertugas. Entah apa yang dipikirkannya saat itu, hal ini membuat hatiku risau tak menentu. Tersisa dua hari lagi seperti yang dijanjikan oleh James di dalam suratnya, aku menanti dengan harap-harap cemas.

Hari ini aku pulang lebih awal dari biasanya. Didepan pintu keluar, berdiri seorang laki-laki dengan senyuman dibibirnya sambil menatapku.

“ Hai bagaiman keadaanmu hari ini Anna?. Apakah kau sudah makan? Maaf ya, tadi pagi aku tidak bisa mengantarmu ke tempat kerja. Ada urusan mendadak yang mengharuskanku pergi pagi-pagi sekali menuju ke pangkalan militer.”

“ Oh, ya.. tidak masalah D. Kau tidak perlu merasa bertanggung jawab atas diriku hanya karena James memintamu untuk melindungiku. Aku baik-baik saja, ok!”, jawabku sambil meringis.

“ Ya, baiklah.. Apakah kau salah meminum obat hari ini? Karena kurasa hari ini kau bersikap terlalu formal dengan ku.”

“ Aku hanya tidak bisa berpikir dengan baik hari ini. Selalu saja teringat dengan surat James. Tinggal dua hari lagi. Semoga tidak terjadi hal buruk. Aku benar-benar merindukannya D.”

Daniel  terdiam. Aku rasa aku salah bicara kalau aku merindukan tunanganku, karena aku tahu kalau Daniel juga mencintaiku. Ya, benar dia masih mencintaiku.

“ Doakan saja semoga apa yang kau pikirkan itu tidak terjadi. Untung saja kecemasan mu itu tidak membuat seseorang terluka. Bisa saja kau salah menyuntikan obat kepada pasien lain, haha.. hmm..  Lain kali cerita saja apa yang membuatmu gundah kepadaku.”

Aku tersenyum mendengar nada suaranya yang ringan dan hangat. Dan hari pun berlalu begitu cepat.
Hari ini pun akhirnya tiba. Pagi ini ku kembali membuka surat yang dituliskan oleh tunanganku itu untuk menghilangkan sedikit rasa rinduku. “Anna sayang, aku harus pergi untuk bertugas dipangkalan militer Amerika di Afghanistan. Aku senang karena akhirnya aku bisa pergi untuk membela negeri ini. Selama aku pergi, jaga kesehatanmu. Aku akan baik-baik saja disini. Doakan aku, agar semua berjalan lancar. Karena sepulang bertugas nanti aku akan melamarmu.  Oya, aku sudah menyuruh Daniel untuk menjagamu selama aku tidak ada. Aku akan kembali bulan depan. Temui aku tepat jam 3 sore di pangkalan. Satu hal lagi, apakah Daniel telah memberikan kotaknya bersama dengan surat ini? Jangan buka kotak itu sampai aku kembali, ok! Dan jaga baik-baik kotak itu. Sampai ketemu bulan depan. Aku mencintaimu, Anna. –James  “. Hatiku semakin risau setelah membaca suratmu dan semakin berpikir apakah James baik-baik saja disana. “Tuhan, tolong lindungi tunanganku .” . Aku perhatikan fotonya dimeja kerjaku. Tiba-tiba air mata ku menetes karena merindukannya. Rindu suaranya yang hangat, rindu senyumannya yang membuat jantung berdebar kencang.

“ Tok..tok..tok..”, terdengar suara ketukan pintu diluar kamarku.  Lalu..  “ Selamat pagi Anna!” Aku terjekut dan ternyata itu Daniel. Aku cepat-cepat mengusap air mataku agar Daniel tidak cemas. “ Apakah kau baik-baik saja Anna? Sepertinya kau habis..”

“ Ah tidak, aku hanya mengantuk. Karena semalaman aku terus memikirkan James.”

“ Hmm.. sebaiknya kita turun kebawah, karena ibumu sudah masak makanan kesukaanmu. Nanti sore aku akan mengantarmu ke pangkalan untuk menemui James. Bagaimana?”.

“ Baiklah.. Terimakasih D.”

Aku dan D pergi menuju meja makan untuk menikmati hidangan yang disediakan ibu. Semua terlihat bahagia hari ini. Tiba-tiba, terdengar sayup-sayup suara ponsel diruangan ini. Ternyata itu suara ponsel Daniel dan bergegas berpamitan karena harus segera kapangkalan dengan tatapan penuh kebingungan Daniel menatapku. “ Paman, bibi aku harus segera pergi karena atasan menelponku tadi.” Katanya. “ Apa ada sesuatu terjadi?” tanya ayahku. “Aku belum bisa cerita sekarang. Hmm.. Anna, sebaiknya kau ikut denganku ya. Nanti aku akan jelaskan dimobil. Jangan lupa bawa kotak yang James berikan kepadamu.  Kami permisi.”


Selama perjalanan, Daniel hanya terdiam dan menggengam tanganku dengan sangat erat. Aku bingung apa yang sebenarnya terjadi. “Ada apa D? Apa ada sesuatu tentang James? Aku akan mencoba mendengarkan.” Kataku gugup. Lalu Daniel menceritakan semuanya. Aku hanya bisa terdiam mendengar ceritanya. Air mataku tertahan. Tak ada kata yang bisa kukeluarkan dari mulutku. Saat tiba disana, aku melihat banyak sekali orang disana dan sebuah peti. Mereka tertunduk tiap kali melihatku. Ya, James tewas disana. James tertembak saat baku tembak terjadi. Kakiku lemas, air mataku menetes melihat foto James berada didepan peti itu. Tiba-tiba ada seorang menghampiriku dengan banyak lencana disergamnya, dia memberikanku sebuah surat. “Anna, jika kau membaca surat ini, itu berarti aku sudah tidak ada. Aku harap kau bisa menjaga dirimu, kau harus bisa hidup seperti biasa. Kau masih ingat saat pertama kali aku menyatakan perasaanmu. Ya saat itu ada pemeriksaan untuk setiap prajurit. Dari setiap dokter yang ada, aku memperhatikanmu sejak kau datang. Ya, aku menyatakan perasaanku sesaat sebelum kau menyuntik bokongku, dank au hanya terdiam lalu menusukkan jarum itu sekuat tenaga. Rasanya masih bisa kuingat. Kau adalah wanita yang terbaik, wanita impianku. Aku tahu bahwa Daniel juga menyukaimu. Bukalah pintu hatimu untuknya saat ini. Dia pria yang baik, yang bisa menjagamu dan membuatmu tersenyum bahagia. Maaf, karena aku tidak bisa menepati janjiku untuk melamarmu. Anna, kotak yang kuberikan waktu itu, bukalah. Itu adalah cincin peninggalan ibuku. Semoga kau menyukainya. Jangan bersedih ya Anna, aku akan selalu mencintaimu. Selamat tinggal wanita impianku –James “. 

karya: Citra 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar