“Surat dan kotak yang kau titipkan melalui sahabatmu Daniel
waktu itu sudah kuterima. Aku sangat senang mendengar kau bahagia menerima
panggilan tugas untuk pergi kemedan perang untuk membela tanah air kita. Aku
akan menunggumu dipangkalan militer pada hari yang telah kau janjikan. Aku mencintaimu.
–Anna ”. Begitulah isi surat yang kutulis untuk balasan surat dari tunanganku
James yang pergi untuk bertugas membela tanah air ini. James adalah seorang
prajurit yang bertugas untuk melindungi negeri ini. Sedangkan aku adalah Anna,
dokter yang bertugas di salah satu rumah sakit milik Negara dan James adalah
salah satu pasienku.
Semenjak James dikirim kemedan perang, aku selalu di temani
oleh Daniel sahabat James. Sebelum kepergian James, dia berpesan kepada Daniel
untuk terus menjagaku selama dia bertugas. Entah apa yang dipikirkannya saat
itu, hal ini membuat hatiku risau tak menentu. Tersisa dua hari lagi seperti
yang dijanjikan oleh James di dalam suratnya, aku menanti dengan harap-harap
cemas.
Hari ini aku pulang lebih awal dari biasanya. Didepan pintu
keluar, berdiri seorang laki-laki dengan senyuman dibibirnya sambil menatapku.
“ Hai bagaiman keadaanmu hari ini Anna?. Apakah kau sudah
makan? Maaf ya, tadi pagi aku tidak bisa mengantarmu ke tempat kerja. Ada urusan
mendadak yang mengharuskanku pergi pagi-pagi sekali menuju ke pangkalan
militer.”
“ Oh, ya.. tidak masalah D. Kau tidak perlu merasa
bertanggung jawab atas diriku hanya karena James memintamu untuk melindungiku.
Aku baik-baik saja, ok!”, jawabku sambil meringis.
“ Ya, baiklah.. Apakah kau salah meminum obat hari ini?
Karena kurasa hari ini kau bersikap terlalu formal dengan ku.”
“ Aku hanya tidak bisa berpikir dengan baik hari ini. Selalu
saja teringat dengan surat James. Tinggal dua hari lagi. Semoga tidak terjadi
hal buruk. Aku benar-benar merindukannya D.”
Daniel terdiam. Aku
rasa aku salah bicara kalau aku merindukan tunanganku, karena aku tahu kalau
Daniel juga mencintaiku. Ya, benar dia masih mencintaiku.
“ Doakan saja semoga apa yang kau pikirkan itu tidak
terjadi. Untung saja kecemasan mu itu tidak membuat seseorang terluka. Bisa
saja kau salah menyuntikan obat kepada pasien lain, haha.. hmm.. Lain kali cerita saja apa yang membuatmu
gundah kepadaku.”
Aku tersenyum mendengar nada suaranya yang ringan dan
hangat. Dan hari pun berlalu begitu cepat.
Hari ini pun akhirnya tiba. Pagi ini ku kembali membuka
surat yang dituliskan oleh tunanganku itu untuk menghilangkan sedikit rasa
rinduku. “Anna sayang, aku harus pergi untuk bertugas dipangkalan militer
Amerika di Afghanistan. Aku senang karena akhirnya aku bisa pergi untuk membela
negeri ini. Selama aku pergi, jaga kesehatanmu. Aku akan baik-baik saja disini.
Doakan aku, agar semua berjalan lancar. Karena sepulang bertugas nanti aku akan
melamarmu. Oya, aku sudah menyuruh
Daniel untuk menjagamu selama aku tidak ada. Aku akan kembali bulan depan.
Temui aku tepat jam 3 sore di pangkalan. Satu hal lagi, apakah Daniel telah
memberikan kotaknya bersama dengan surat ini? Jangan buka kotak itu sampai aku
kembali, ok! Dan jaga baik-baik kotak itu. Sampai ketemu bulan depan. Aku
mencintaimu, Anna. –James “. Hatiku
semakin risau setelah membaca suratmu dan semakin berpikir apakah James
baik-baik saja disana. “Tuhan, tolong lindungi tunanganku .” . Aku perhatikan
fotonya dimeja kerjaku. Tiba-tiba air mata ku menetes karena merindukannya.
Rindu suaranya yang hangat, rindu senyumannya yang membuat jantung berdebar
kencang.
“ Tok..tok..tok..”, terdengar suara ketukan pintu diluar
kamarku. Lalu.. “ Selamat pagi Anna!” Aku terjekut dan
ternyata itu Daniel. Aku cepat-cepat mengusap air mataku agar Daniel tidak
cemas. “ Apakah kau baik-baik saja Anna? Sepertinya kau habis..”
“ Ah tidak, aku hanya mengantuk. Karena semalaman aku terus
memikirkan James.”
“ Hmm.. sebaiknya kita turun kebawah, karena ibumu sudah
masak makanan kesukaanmu. Nanti sore aku akan mengantarmu ke pangkalan untuk
menemui James. Bagaimana?”.
“ Baiklah.. Terimakasih D.”
Aku dan D pergi menuju meja makan untuk menikmati hidangan
yang disediakan ibu. Semua terlihat bahagia hari ini. Tiba-tiba, terdengar
sayup-sayup suara ponsel diruangan ini. Ternyata itu suara ponsel Daniel dan
bergegas berpamitan karena harus segera kapangkalan dengan tatapan penuh
kebingungan Daniel menatapku. “ Paman, bibi aku harus segera pergi karena
atasan menelponku tadi.” Katanya. “ Apa ada sesuatu terjadi?” tanya ayahku.
“Aku belum bisa cerita sekarang. Hmm.. Anna, sebaiknya kau ikut denganku ya. Nanti
aku akan jelaskan dimobil. Jangan lupa bawa kotak yang James berikan kepadamu. Kami permisi.”
Selama perjalanan, Daniel hanya terdiam dan menggengam
tanganku dengan sangat erat. Aku bingung apa yang sebenarnya terjadi. “Ada apa
D? Apa ada sesuatu tentang James? Aku akan mencoba mendengarkan.” Kataku gugup.
Lalu Daniel menceritakan semuanya. Aku hanya bisa terdiam mendengar ceritanya.
Air mataku tertahan. Tak ada kata yang bisa kukeluarkan dari mulutku. Saat tiba
disana, aku melihat banyak sekali orang disana dan sebuah peti. Mereka
tertunduk tiap kali melihatku. Ya, James tewas disana. James tertembak saat
baku tembak terjadi. Kakiku lemas, air mataku menetes melihat foto James berada
didepan peti itu. Tiba-tiba ada seorang menghampiriku dengan banyak lencana
disergamnya, dia memberikanku sebuah surat. “Anna, jika kau membaca surat ini,
itu berarti aku sudah tidak ada. Aku harap kau bisa menjaga dirimu, kau harus
bisa hidup seperti biasa. Kau masih ingat saat pertama kali aku menyatakan
perasaanmu. Ya saat itu ada pemeriksaan untuk setiap prajurit. Dari setiap
dokter yang ada, aku memperhatikanmu sejak kau datang. Ya, aku menyatakan
perasaanku sesaat sebelum kau menyuntik bokongku, dank au hanya terdiam lalu
menusukkan jarum itu sekuat tenaga. Rasanya masih bisa kuingat. Kau adalah
wanita yang terbaik, wanita impianku. Aku tahu bahwa Daniel juga menyukaimu.
Bukalah pintu hatimu untuknya saat ini. Dia pria yang baik, yang bisa menjagamu
dan membuatmu tersenyum bahagia. Maaf, karena aku tidak bisa menepati janjiku
untuk melamarmu. Anna, kotak yang kuberikan waktu itu, bukalah. Itu adalah
cincin peninggalan ibuku. Semoga kau menyukainya. Jangan bersedih ya Anna, aku
akan selalu mencintaimu. Selamat tinggal wanita impianku –James “.
karya: Citra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar