Pages

Minggu, 17 Juni 2012

Analisis Pendapatan Nasional untuk Perekonomian tertutup Sederhana dan Pertumbuhan Ekonomi


A.      Pengertian analisis pendapatan nasional dengan perekonomian tertutup sederhana dua sektor
Produk nasional Neto – Pajak tak langsung + subsidi. Jumlah ini yang diterima faktor produksi yang dimiliki penduduk suatu Negara. Pendapatan nasional dengan perekoni=omian tertutup sederhana dua sektor merupakan penjumlahan dari lima hal, yaitu:
a.       Upah atau gaji yang diterima buruh atau karyawan
b.      Pendapatan dari seseorang yang melakukan bisnis individu (bukan perusahaan)
c.       Keuntungan perusahaan
d.      Pendapatan bunga selisih dari perusahaan
e.      Pendapatan sewa

B.      Model Analisis dengan Variabel Investasi dan Tabungan
Pengeluaran yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang lebih banyak. Tujuan dari pelaksanaan dari model ini adalah mencari keuntungan dikemudian hari melalui pengoperasian mesin dan pabrik.
                Analisis keuangan pemerintah mencakup 4 aspek, yaitu:
1.       Operasi keuangan pemerintah dalam hubungan dengan defisit/surplus anggaran dan sumber – sumber pembiayaannya.
2.       Dampak operasi keuangan pemerintah terhadap kegiatan sektor riil melalui pengaruhnya terhadap pengeluaran konsumsi dan pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) pemerintah.
3.       Dampak rupiah operasi keuangan pemerintah atau pengaruh operasi keuangan pemerintah terhadap ekspansi bersih pada jumlah uang yang beredar.
4.       Dampak Valuta Asing operasi keuangan pemerintah atau pengaruh operasi keuangan pemerintah terhadap aliran devisa masuk bersih.
Terdapat sumber data untuk memperkirakan Investasi dan Tabungan Nasional, yaitu :
a.       data Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku menurut penggunaan [lihat tabel III dan III.1]
b.      Neraca Arus Dana yang digunakan oleh tim gabungan B.P.S., Bank Indonesia, dan Departemen Keuangan.
Dalam menganalisis pertumbuhan Produk Domestik Bruto terlihat adanya kecenderungan untuk lebih menggunakan data Produk Domestik Bruto menurut penggunaan. Kalau kita menganggap bahwa perkiraan Investasi dan Tabungan Nasional Bruto yang dihasilkan oleh Tim Gabungan B.P.S., Bank Indonesia, dan Departemen Keuangan lebih mendekati kebenaran, maka data statistik Produk Domestik Bruto menurut penggunaan yang dipublikasikan oleh B.P.S. perlu diperbaiki.
C.      Angka Pengganda (Multiplier)
Multiplier atau angka pengganda adalah hubungan kausal antara variabel tertentu dengan variabel pendapatan nasional. Jika multiplier tersebut mempunyai angka tinggi, maka perubahan yang terjadi pada variabel tersebut akan mempengaruhi tingkat pendapatan nasional dan sebaliknya. Perubahan pendapatan nasional itu ditunjukan oleh suatu angka pelipat yang disebut dengan koefisien multiplier.
Syarat-syarat agar kenaikan pendapatan nasional berlipat ganda jika dibandingkan dengan bertambahnya investasi adalah sebagai berikut :
1.       Jika penerima pendapatan itu segera membelanjakan kembali uang yang diterima.
2.       Jika uang yang diterima itu dibelanjakan untuk produksi dalam negeri. Jika dibelanjakan untuk produk luar negeri, maka proses penambahan pendapatan akan terjadi di luar negeri. Proses pemindahan keluar negeri ini disebut kebocoran (Leakage).
3.       Proporsi tambahan pendapatan yang dibelanjakan kembali tetap.
Pendapatan nasional berubah sebagai akibat dari perubahan nilai komponen sebagai berikut :
·         Investasi (I).
·         Comsumsi (C).
·         Pengeluaran Pemerintah (G).
·         Expor & Impor (X/M).
D.      Hubungan antara pertumbuhan ekonomi, inflasi dan pengangguran
Salah Satu masalah jangka pendek dalam ekonomi yaitu inflasi, pengangguran dan neraca pembayaran. Inflasi (inflation) adalah gejala yang menunjukkan kenaikan tingkat harga umum yang berlangsung terus menerus.
Ada tiga jenis inflasi yaitu:
1.       inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation)
2.        inflasi desakan biaya (cost-push inflation)
3.       inflasi karena pengaruh impor (imported inflation).
Tingkat inflasi yang terjadi dalam suatu negara merupakan salah satu ukuran untuk mengukur baik buruknya masalah ekonomi yang dihadapi suatu negara. Bagi negara yang perekonomiannya baik, tingkat inflasi yang terjadi berkisar antara 2 sampai 4 persen per tahun.
Tingkat inflasi yang berkisar antara 2 sampai 4 persen dikatakan tingkat inflasi yang rendah. Selanjut tingkat inflasi yang berkisar antara 7 sampai 10 persen dikatakan inflasi yang tinggi.
Didasarkan pada fakta itulah A.W. Phillips mengamati hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran. Dari hasil pengamatannya, ternyata ada hubungan yang erat antara inflasi dengan tingkat pengangguran, dalam arti jika inflasi tinggi, maka pengangguran akan rendah. Hasil pengamatan Phillips ini dikenal dengan kurva Phillip.
Kurva Phillips untuk Indonesia :
A.W. Phillips menggambarkan bagaimana sebaran hubungan antara inflasi dengan tingkat pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi merupakan cerminan dari kenaikan permintaan agregat. Dengan naiknya permintaan agregat, maka sesuai dengan teori permintaan, jika permintaan naik maka harga akan naik. Dengan tingginya harga (inflasi) maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja (tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang dapat meningkatkan output). Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja maka dengan naiknya harga-harga (inflasi) maka, pengangguran berkurang.
Menggunakan pendekatan A.W.Phillips dengan menghubungkan antara pengangguran dengan tingkat inflasi untuk kasus Indonesia kurang tepat. Hal ini didasarkan pada hasil analisis tingkat pengangguran dan inflasi di Indonesia dari tahun 1980 hingga 2005, ternyata secara statistik maupun grafis tidak ada pengaruh yang signifikan antara inflasi dengan tingkat pengangguran.
SUMBER :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar